Tampilkan postingan dengan label Cerita Islami. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Cerita Islami. Tampilkan semua postingan

Maqolah 13 dan 14 : Keinginan Ahli Ma'rifat dan Ahli Zuhud, Orang yang dangkal pengetahuannya dan yang belum mengenal dirinya

Maqolah 13

KEINGINAN AHLI MA’RIFAT DAN AHLI ZUHUD

Sebagaimana diterangkan dalam suatu pernyataan :

(وَ) الْمَقَالَةُ الثَّالِثَةَ عَشْرَةَ (قِيلَ : هَمُّ الْعَارِفِ الثَّنَاءُ) أَيْ مُرَادُ الْعَارِفِ بِاللَّهِ الثَّنَاءُ عَلَى اللَّهِ تَعَالَى بِجَمِيلِ صِفَاتِهِ (وَهَمُّ الزَّاهِدِ الدُّعَاءُ) أَيْ مُرَادُ الْمُعْرِضِ عَنِ الزَّائِدِ عَلَى قَدْرِ الْحَاجَةِ مِنْ الدُّنْيَا بِقَلْبِهِ الدُّعَاءُ وَهُوَ التَّضَرُّعُ إلَى اللَّهِ تَعَالَى بِسُؤَالِ مَا عِنْدَهُ مِنَ الْخَيْرِ (لِأَنَّ هَمَّ الْعَارِفِ رَبُّهُ) لَا الثَّوَابُ وَلَا الْجَنَّةُ (وَهَمَّ الزَّاهِدِ نَفْسُهُ) أَيْ مَنْفَعَةُ نَفْسِهِ مِنَ الثَّوَابِ وَالْجَنَّةِ, فَفَرَقَ بَيْنَ مَنْ هِمَّتُهُ الْحُورُ وَهِمَّتُهُ رَفْعُ السُّتُورِ.

“Keinginan seorang ahli ma'rifat adalah memuji, sedangkan keinginan seorang ahli zuhud adalah doa karena keinginan orang yang arif adalah untuk mendapatkan pahala dari Allah sedangkan orang yang zuhud adalah kemanfaatan dirinya.”

Orang yang arif menghabiskan hari-harinya untuk mengagungkan sifat-sifat Allah SWT, sedangkan orang zuhud (meninggalkan segala urusan dunia) selain berdoa dan juga senantiasa mendekatkan dirinya kepada Allah SWT demi untuk mendapatkan kebaikan dari-Nya.

Orang yang arif tidak pernah memikirkan pahala dan syurga yang akan didapatinya, ia hanya memikirkan keagungan Robbnya, sedangkan orang zuhud itu selalu mencari untuk kemaslahatan dirinya sendiri yaitu pahala dan syurga.

Jadi perbedaannya adalah Jika orang zuhud itu tujuannya tidak lain adalah bagaimana caranya ia mendapatkan bidadari, sedangkan orang arif (marifat) adalah bagaimana caranya agar ia terhindar dari segala bentuk penghalang (tirai).

 

Maqolah 14

ORANG YANG DANGKAL PENGETAHUANNYA DAN YANG BELUM MENGENAL DIRINYA

Sebagaimana diterangkan oleh sebagian Hukama sebagai berikut :

(وَ) الْمَقَالَةُ الرَّابِعَةَ عَشْرَةَ (عَنْ بَعْضِ الْحُكَمَاءِ) أَيْ أَطِبَّاءِ الْقُلُوبِ وَهُمُ الْأَوْلِيَاءُ (مَنْ تَوَهَّمَ أَنَّ لَهُ وَلِيًّا أَوْلَى مِنَ اللَّهِ قَلَّتْ مَعْرِفَتُهُ بِاللَّهِ) وَالْمَعْنَى مَنْ ظَنَّ أَنَّ لَهُ نَاصِرًا أَقْرَبَ مِنَ اللَّهِ وَأَكْثَرَ نُصْرَةً مِنْهُ فَإِنَّهُ لَمْ يَعْرِفِ اللَّهَ تَعَالَى (وَمَنْ تَوَهَّمَ أَنَّ لَهُ عَدُوًّا أَعْدَى مِنْ نَفْسِهِ قَلَّتْ مَعْرِفَتُهُ بِنَفْسِهِ) أَيْ وَمَنْ ظَنَّ أَنَّ لَهُ عَدُوًّا أَقْوَى مِنْ نَفْسِهِ الْأَمَّارَةِ وَاللَّوَّامَةِ فَإِنَّهُ لَمْ يَعْرِفْ نَفْسَهُ.

“Barangsiapa mengira bahwa penolongnya yang lebih kuat daripada Allah, maka sedikit sekali pengetahuannya tentang Dzat Allah SWT. Dan barangsiapa mengira bahwa musuhnya itu lebih kejam dari nafsunya, maka berarti pengetahuan tentang dirinya sendiri hanya sedikit.”

Maksdunya: Barangsiapa menyangka bahwa ada penolong lain selain Allah SWT, yang lebih deket kepada dirinya dan lebih banyak pertolongannya, maka berarti ia jauh dari Allah (karena tidak megngetahuinya). Adapun orang yang tidak memahami akan kekuatan (keganasan) bahwa nafsunya sendiri yang selalu membimbingnya ke dalam perbuatan dosa, berarti ia tidak menyadari bahwa musuhnya yang paling jahat itu sebenarnya adalah nafsunya sediri.

Wallahu A'lam Bish-Showab

Mengaji Kitab Nashoihul Ibad - Maqolah 10, 11, 12

Maqolah 10

BANGGA DENGAN KESALAHAN DAN BERSEDIH DENGAN KETAATAN

Sebagaimana yang diriwayatkan dari sebagian Ahli Zuhud berikut ini :

 

((وَ) الْمَقَالَةُ الْعَاشِرَةُ (عَنْ بَعْضِ الزُّهَّادِ) وَهُمُ الَّذِينَ احْتَقَرُوا الدُّنْيَا وَلَمْ يُبَالُوا بِهَا بَلْ أَخَذُوا مِنْهَا قَدْرَ ضَرُورَتِهِمْ (مَنْ أَذْنَبَ ذَنْبًا) أَيْ تَحَمَّلَهُ (وَهُوَ يَضْحَكُ) أَيْ وَالْحَالُ أَنَّهُ يَفْرَحُ بِتَحَمُّلِهِ (فَإِنَّ اللَّهَ يُدْخِلُهُ النَّارَ وَهُوَ يَبْكِي) لِأَنَّ حَقَّهُ أَنْ يَنْدَمَ وَيَسْتَغْفِرَ اللَّهَ تَعَالَى لِذَلِكَ (وَمَنْ أَطَاعَ وَهُوَ يَبْكِي) حَيَاءً مِنْ اللَّهِ تَعَالَى وَخَوْفًا مِنْهُ تَعَالَى عَلَى تَقْصِيرِهِ فِي تِلْكَ الطَّاعَةِ (فَإِنَّ اللَّهَ تَعَالَى يُدْخِلُهُ الْجَنَّةَ وَهُوَ يَضْحَكُ) أَيْ يَفْرَحُ غَايَةَ الْفَرَحِ لِحُصُولِ مَطْلُوبِهِ وَهُوَ عَفْوُ اللَّهِ تَعَالَى.

“Barangsiapa merasa bangga dengan perbuatan dosanya, maka Allah akan melemparkannya ke dalam neraka dalam keadaan ketakutan. Dan barangsiapa bersedih (khawatir) terhadap ketaatan yang telah dilakukannya, maka Allah akan memasukannya kedalam syurga dalam keadaan bahagia.”

Ahli zuhud adalah orang-orang yang membuang jauh-jauh (tidak mementingkan lagi) segala urusan dan kemewahan dunia. Mereka memanfaatkan dunia hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhannya saja tidak lebih.

Hadits tersebut diatas menunjukan bahwa barangsiapa yang merasa bahagia dengan berbuat dosa, merasa senang dengan perbuatannya itu meskipun harus menanggung dosanya itu, maka Allah akan memasukan kedalam neraka, sedangkan ia dalam keadaan sangat ketakutan. Karena itu seharusnya bersedih dan menyesali perbuatannya itu seraya memohon ampun kepada Allah Subhanahu Wata’ala agar dosanya diampuni. Dan barangsiapa yang berbuat ketaatan dengan disertai perasaan bersedih karena takut kepada Allah karena telah meremehkan apa yang telah diwajibkan-Nya, maka ia akan memasuki syurga dengan penuh kebahagiaan. Orang yang seperti ini berarti telah melakukan dua kebajikan, yaitu ketaatan itu sendiri dan penyesalannya atas dosa yang telah diperbuatnya.


Maqolah 11

LARANGAN MENGANGGAP RINGAN DOSA KECIL

Diriwayatkan dari sebagian Hukama (ahli hikmah/para wali) berikut ini :

 ((وَ) الْمَقَالَةُ الْحَادِيَةَ عَشْرَةَ (عَنْ بَعْضِ الْحُكَمَاءِ) أَيْ الْأَوْلِيَاءِ (لَا تَحْقِرُوا الذُّنُوبَ الصِّغَارَ) أَيْ لَا تَعُدُّوهَا صِغَارًا (فَإِنَّهَا تَتَشَعَّبُ مِنْهَا الذُّنُوبُ الْكِبَارُ) وَأَيْضًا رُبَّمَا يَكُونُ غَضَبُ اللَّهِ تَعَالَى فِي تِلْكَ الصِّغَارِ

“Janganlah kalian menganggap ringan dosa-dosa kecil karena sesungguhnya dari situlah lahirnya dosa-dosa besar.” Bahkan kemurkaan (azab) Allah itupun kadang-kadang ditimpakan karena sebab dosa kecil.


Maqolah 12

DOSA YANG RINGAN DAN DOSA YANG BERAT

Rosulullah  bersabda berikut ini :

((وَ) الْمَقَالَةُ الثَّانِيَةَ عَشْرَةَ : (عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : لَا صَغِيرَةَ مَعَ الْإِصْرَارِ) فَإِنَّهَا بِالْمُوَاظَبَةِ عَلَيْهَا تَعْظُمُ فَتَصِيرُ كَبِيرَةً ، وَأَيْضًا إِنَّهَا عَلَى عَزْمِ اسْتِدَامَتِهَا تَصِيرُ كَبِيرَةً فَإِنَّ نِيَّةَ الْمَرْءِ فِي الْمَعَاصِي كَانَتْ مَعْصِيَةً (وَلَا كَبِيرَةَ مَعَ الْإِسْتِغْفَارِ) أَيْ التَّوْبَةِ بِشُرُوطِهَا فَإِنَّ التَّوْبَةَ تَمْحُو أَثَرَ الْخَطِيئَةِ وَإِنْ كَانَتْ كَبِيرَةً ، رَوَى هَذَا الْحَدِيثَ الدَّيْلَمِيُّ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ لَكِنْ بِتَقْدِيمِ الْجُمْلَةِ الْأَخِيرَةِ عَنِ الْأُولَى 

Dosa yang ringan itu akan menjadi besar, jika hatinya tetap berkehendak untuk mengerjakan terus-menerus, karena niat untuk berbuat maksiat itupun termasuk dosa yang sendiri. Dan dosa yang berat itu jangan dianggap dosa besar jika selalu mememohon ampun kepada Allah SWT atas dosa-dosanya itu.

Maksudnya bertaubat kepada Allah dengan sebenar-benarnya sesuai dengan syaratnya. Taubat itu dapat menghapuskan dosa, meskipun telah mencapai setinggi langit. Hadits tersebut telah diriwayatkan oleh Imam Ad-Dailami yang bersumber dari Ibnu abbas dengan susunan kalimat yang akhir daripada kalimat awal.
Wallahu A'lam Bish-Showab

Mengaji Kitab Nashoihul Ibad - Maqolah 7

ORANG YANG MULIA DAN ORANG YANG BIJAKSANA

Dalam sebuah riwayat yang bersumber Yahya bin Mu’adz radhiallahu ‘anhu disebutkan :

  ((و) الْمَقَالَةُ السَّابِعَةُ (عَنْ يَحْيَى بْنِ مَغَاذٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ : مَا عَصَى اللَّهَ كَرِيمٌ) أَيْ حَمِيْدُ الْفِعَالِ وَهُوَ مَنْ يُكْرِمُ نَفْسَهُ بِالتَّقْوَى وَبِالْإِحْتِرَاسِ عَنِ الْمَعَاصِي (وَلَا آثَرَ الدُّنْيَا) أَيْ لَا قَدَمَهَا وَلَا فَضْلَهَا (عَلَى الْآخِرَةِ حَكِيمٌ) أَيْ مُصِيبٌ فِي أَفْعَالِهِ وَهُوَ مَنْ يَمْنَعُ نَفْسَهُ مِنْ مُخَالَفَةِ عَقْلِهِ السَّلِيمِ.

“Orang yang mulia tidak akan berani berbuat durhaka kepada Allah dan orang yang bijaksana tidak akan mengutamakan dunia daripada akherat.”

Maksudnya orang yang mulia adalah orang yang berakhlaqul karimah, yang memuliakan dirinya dengan cara meningkatkan ketaqwaan dan kewaspadaan dalam menghadapi semaraknya kemaksiatan.

Adapun yang dimaksud dengan orang yang bijaksana adalah orang yang tidak mengutamakan kemewahan dunia dan yang menahan nafsunya dari segala bentuk perbuatan yang bertentangan dengan nuraninya.

Wallahu a'lam bish-showab

Mengaji Kitab Nashoihul Ibad - Maqolah 5

KHAWATIR TERHADAP DUNIA DAN AKHERAT

Diriwayatkan dari Ustman bin Afan ra.

((وَ) الْمَقَالَةُ الْخَامِسَةُ (عَنْ عُثْمَانَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ : هَمُّ الدُّنْيَا ظُلْمَةٌ فِي الْقَلْبِ وَهَمُّ الْآخِرَةُ نُورُ الْقَلْبِ) أَيْ الْحُزْنُ فِي الْأُمُورِ الْمُتَعَلِّقَةِ بِالدُّنْيَا صَارَ مُظْلِمًا فِي الْقَلْبِ وَالْحُزْنُ فِي الْأُمُورِ الْمُتَعَلِّقَةِ بِالْآخِرَةِ صَارَ مُنَوِّرًا لِلْقَلْبِ ، اللَّهُمَّ لَا تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلَا مَبْلَغَ عِلْمِنَا

“Khawatir memikirkan dunia akan membuat hati menjadi gelap, sedangkan khawatir memikirkan akherat akan membuat hati menjadi bercahaya.”

Artinya, menyusahi urusan yang berhubungan dengan urusan dunia maka akan menjadikan hati menjadi gelap. Dan menyusahi perkara yang berhubungan dengan urusan akhirat akan menjadaikan hati menjadi terang.

Ya Allah jangan jadikan dunia sebesar-besar perkara yang kami susahi, dan bukan pula puncak ilmu kami.

Wallahu a'lam bish-showab

Mengaji Kitab Nashoihul Ibad - Maqolah4

SAYYIDINA UMAR BIN KHATHTHAB DAN ABU BAKAR ASH SHIDDIQ ra.

Menukil dari syaikh Abdul Mu’thi As Samlawi, diriwayatkan dari Umar ra., Sesungguhnya Rasulullah SAW pernah bertanya kepada malaikat Jibril as. :

(وَ) الْمَقَالَةُ الرَّابِعَةُ : (عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ) نُقِلَ عَنِ الشَّيْخِ عَبْدِ الْمُعْطِي السَّمْلَاوِيِّ (أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لِجِبْرِيلَ عَلَيْهِ السَّلَامُ :

 صِفْ لِي حَسَنَاتِ عُمَرَ فَقَالَ لَوْ كَانَتِ الْبِحَارُ مِدَادًا وَالشَّجَرُ أَقْلَامًا لَمَا حَصَرْتُهَا ، فَقَالَ صِفْ لِي حَسَنَاتِ أَبِي بَكْرٍ فَقَالَ : عُمَرُ حَسَنَةٌ مِنْ حَسَنَاتِ أَبِي بَكْرٍ).


“Beritahukanlah kepadaku tentang keutamaan Umar, maka malaikat Jibril menjawab, ”Seandainya air laut menjadi tintanya dan pepohonan menjadi penanya, niscaya aku tidak akan sanggup menghitungnya. “Lalu nabi Muhammad SAW bertanya lagi, “Sekarang beritahukanlah kepadaku tentang kebaikan Abu Bakar? “ Maka malaikat Jibril menjawab, “Umar hanyalah satu satu kebaikan dari kebaikan-kebaikan yang dimiliki Abu Bakar.”

(عِزُّ الدُّنْيَا بِالْمَالِ وَعِزُّ الْآخِرَةِ بِصَالِحِ الْأَعْمَالِ) أَيْ فَلَا تَتَقَوَّى أُمُورُ الدُّنْيَا وَلَا تَصْلُحُ إِلَّا بِالْأَمْوَالِ وَلَا تَتَقَوَّى أُمُورُ الْأُخَرَةِ وَلَا تَصْلُحُ إِلَّا بِالْأَعْمَالِ الصَّالِحَةِ.


Keluhuran dunia hanya dapat dicapai dengan harta, sedangkan keluhuran akherat hanya dapat dicapai dengan amal shaleh.

Abu Bakar As-Siddiq adalah sahabat terdekat Nabi Muhammad. Nabi biasa berbicara tentang Abu Bakar, bahwa lelaki sekaligus mertuanya itu adalah satu-satunya orang yang tidak pernah ragu untuk menerima Islam begitu dia mendengarnya.

Orang lain yang memeluk Islam pada masa-masa awal kenabian akan berpikir untuk beberapa waktu dan mempertimbangkan, tetapi Abu Bakar As-Siddiq langsung menyatakan keyakinannya.

Menyelamatkan bayi perempuan yang akan dikubur hidup-hidup

Sebelum menyatakan keislamannya, Abu Bakar As-Siddiq dikenal sebagai orang yang saleh; dia pada dasarnya memiliki karakter yang baik, dan hanya kebaikan yang diharapkan darinya. Dia dan Nabi sendiri adalah teman baik sebelum wahyu turun.

Abu Bakar adalah orang kaya dan memiliki kebiasaan menggunakan kekayaannya untuk kepentingan orang lain. Salah satu tradisi jahat pra-Islam adalah praktik mengubur bayi perempuan hidup-hidup.

Praktik ini dihentikan ketika Nabi Muhammad datang dengan membawa pesan Islam. Masa pra-Islam ini lazim disebut sebagai era kebodohan karena masyarakat hidup tanpa pengetahuan tentang nilai dan prinsip Islam.


Abu Bakar merupakan salah satu sahabat Nabi yang dijamin masuk Surga.

Untuk alasan ini, kelahiran bayi perempuan adalah sesuatu yang membuat pria malu. Laki-laki berpikir bahwa anak laki-laki akan lebih menghormati mereka, keluarga, dan suku mereka sementara anak perempuan berpotensi membawa mereka dan suku mereka tidak terhormat; oleh karena itu, banyak pria mengubur putri mereka hidup-hidup.

Kapanpun Abu Bakar As-Siddiq mendengar bahwa seorang bayi perempuan akan dikubur hidup-hidup, dia akan pergi dan bernegosiasi dengan ayahnya dan dia memulai sesuatu yang bisa disebut rumah kos dalam istilah sekarang, tempat dimana dia menempatkan gadis-gadis kecil ini dalam perawatan para wanita. Para wanita dewasa ini yang menjaga para bayi perempuan sementara Abu Bakar membayar perawatan mereka.


Semua kebaikan setiap hari

Nabi Muhammad berkata kepada Abu Bakar bahwa dia dapat masuk dari pintu surga mana pun yang dia inginkan karena sahabatnya ini mengerjakan semua kebajikan.

Setelah sholat Subuh, Nabi Muhammad biasa bertanya kepada para sahabatnya:

“Siapa yang berpuasa di antara kamu hari ini?”

Abu Bakar (semoga Allah SWT meridhoinya) menjawab: “Aku, ya Nabi.”

Nabi berkata lagi: “Siapa di antara kamu yang mengantarkan jenazah hari ini?”

Abu Bakar menjawab: “Aku melakukannya, ya Rasulullah.”

Dia kemudian berkata lagi: “Siapa di antara kalian yang memberi makan orang miskin hari ini?”

Abu Bakar lagi-lagi menjawab: “Aku, ya Rasulullah.”

Nabi kemudian berkata: “Siapa di antara kalian yang mengunjungi orang cacat hari ini?”

Abu Bakar As-Siddiq yang menjawab: “Aku melakukannya, ya Rasulullah.”

Karena hal ini Rasulullah bersabda: “Siapapun yang melakukan perbuatan-perbuatan baik ini pasti akan masuk surga.”

Abu Bakar As-Siddiq biasa bangun untuk tahajud, lalu dia biasa pergi ke Madinah untuk membantu orang yang membutuhkan. Ini menunjukkan derajat tinggi Abu Bakar dalam hal tindakan kebaikan. []


Wallahu a'lam bish shawab

 

Kitab Nashoihul Ibad - BAB 1 PETUNJUK YANG MEMUAT DUA PERKARA - Pemateri Ustadz Muhammad Romli

Nama kitab : Nashoihul Ibad, Terjemah Nashaihul Ibad,(kumpulan nasihat pilihan bagi para hamba) Judul kitab : Nashaihul Ibad fi Bayani...

Postingan Populer