Ngaji Kitab Nashoihul Ibad

Mengaji Kitab Nashoihul Ibad - Maqolah 8

KETAQWAAN DAN DUNIAWI

Dari Al A’Masyi (nama aslinya adalah Sulaiman bin Mahran Al-Kufi) ra. disebutkan :

 ((وَ) الْمَقَالَةُ الثَّامِنَةُ (عَنِ الْأَعْمَشِ) اسْمُهُ سُلَيْمَانُ بْنُ مَهْرَانَ الْكُوفِيُّ (رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ : مَنْ كَانَ رَأْسُ مَالِهِ التَّقْوَى كَلَّتْ الْأَلْسُنُ عَنْ وَصْفِ رِبْحِ دِينِهِ ، وَمَنْ كَانَ رَأْسُ مَالِهِ الدُّنْيَا كَلَّتْ الْأَلْسُنُ عَنْ وَصْفِ خُسْرَانِ دِينِهِ) وَالْمَعْنَى مَنْ تَمَسَّكَ عَلَى التَّقْوَى بِامْتِثَالِ أَوَامِرِ اللَّهِ تَعَالَى وَاجْتِنَابِ الْمَعَاصِي بِأَنْ أَسَّسَ أَفْعَالَهُ بِمُوَافَقَاتِ الشَّرْعِ فَلَهُ حَسَنَاتٌ كَثِيرَةٌ لَا تُحْصَى، وَمَنْ تَمَسَّكَ عَلَى أُمُورٍ مُخَالِفَاتٍ لِلشَّرْعِ فَلَهُ سَيِّئَاتٌ كَثِيرَةٌ عَجِزَتِ الْأَلْسُنُ عَنْ ذِكْرِ ذَلِكَ بِالْعَدَدِ.

 “Barangsiapa yang modal utamanya taqwa maka lidahnya akan menjadi kaku untuk menyebutkan keuntungan agamanya. Dan barangsiapa yang modal utamanya dunia maka lidahnya tidak akan sanggup menghitung kerugian agamanya."

Maknanya adalah orang yang selalui berpegang teguh pada ketaqwaan, menjunjung tinggi perintah Allah dan menjauhi segala bentuk kedurhakaan serta berbuat sesuai dengan tuntunan syariat, maka ia akan mendapatkan kebajikan yang sangat besar sekali (tidak terhitung). Sedangkan orang-orang yang berbuat diluar tuntunan syariat, maka ia akan mendapatkan kerugian yang sangat besar pula sehingga tak terhitung jumlahnya.

Wallahu a'lam bish-showab

Gebyar Muharram

Gebyar Muharram Kampung Serua Poncol, Depok
Dengan kegiatan :
- Santunan Anak Yatin dan Dhuafa
- Pengajian Umum (Ceramah Agama)


Mengaji Kitab Nashoihul Ibad - Maqolah 7

ORANG YANG MULIA DAN ORANG YANG BIJAKSANA

Dalam sebuah riwayat yang bersumber Yahya bin Mu’adz radhiallahu ‘anhu disebutkan :

  ((و) الْمَقَالَةُ السَّابِعَةُ (عَنْ يَحْيَى بْنِ مَغَاذٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ : مَا عَصَى اللَّهَ كَرِيمٌ) أَيْ حَمِيْدُ الْفِعَالِ وَهُوَ مَنْ يُكْرِمُ نَفْسَهُ بِالتَّقْوَى وَبِالْإِحْتِرَاسِ عَنِ الْمَعَاصِي (وَلَا آثَرَ الدُّنْيَا) أَيْ لَا قَدَمَهَا وَلَا فَضْلَهَا (عَلَى الْآخِرَةِ حَكِيمٌ) أَيْ مُصِيبٌ فِي أَفْعَالِهِ وَهُوَ مَنْ يَمْنَعُ نَفْسَهُ مِنْ مُخَالَفَةِ عَقْلِهِ السَّلِيمِ.

“Orang yang mulia tidak akan berani berbuat durhaka kepada Allah dan orang yang bijaksana tidak akan mengutamakan dunia daripada akherat.”

Maksudnya orang yang mulia adalah orang yang berakhlaqul karimah, yang memuliakan dirinya dengan cara meningkatkan ketaqwaan dan kewaspadaan dalam menghadapi semaraknya kemaksiatan.

Adapun yang dimaksud dengan orang yang bijaksana adalah orang yang tidak mengutamakan kemewahan dunia dan yang menahan nafsunya dari segala bentuk perbuatan yang bertentangan dengan nuraninya.

Wallahu a'lam bish-showab

Mengaji Kitab Nashoihul Ibad - Maqolah 6

ILMU DAN KEMAKSIATAN

Sebagaimana diriwayatkan dari Ali radhiallahu anhu wakarroma wajhahu sebagai berikut : 

((وَ) الْمَقَالَةُ السَّادِسَةُ (عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ) وَكَرَّمَ وَجْهَهُ (مَنْ كَانَ فِي طَلَبِ الْعِلْمِ كَانَتْ الْجَنَّةُ فِي طَلَبِهِ وَمَنْ كَانَ فِي طَلَبِ الْمَعْصِيَةِ كَانَتْ النَّارُ فِي طَلَبِهِ) أَيْ مَنْ اشْتَغَلَ فِي الْعِلْمِ النَّافِعِ الَّذِي لَا يَجُوزُ لِلْبَالِغِ الْعَاقِلِ جَهْلُهُ كَانَ فِي حَقِيقَةٍ طَالِبًا لِلْجَنَّةِ وَلِرِضَا اللَّهِ تَعَالَى وَمَنْ كَانَ مُرِيدًا لِلْمَعْصِيَةِ كَانَ فِي الْحَقِيقَةِ طَالِبًا لِلنَّارِ وَلِسَخَطِ اللَّهِ تَعَالَى.

“Barangsiapa yang mencari ilmu, maka surgalah yang akan didapatkan dan barangsiapa yang mencari kemaksiatan, maka nerakalah yang akan didapatkannya (pula).

Maksudnya barang siapa yang disibukkan dengan menuntut ilmu-ilmu agama dan ilmu dunia (yang bermanfaat), maka pada hakekatnya ia telah mencari syurga dan ridho Tuhan. Sebaliknya orang yang disibukkan dengan perbuatan maksiat, maka pada hakekatnya ia ingin merasakan pedihnya azab neraka dan murka Allah Subhanahu Wata'ala.

Wallahu a'lam bish-showab

Mengaji Kitab Nashoihul Ibad - Maqolah 5

KHAWATIR TERHADAP DUNIA DAN AKHERAT

Diriwayatkan dari Ustman bin Afan ra.

((وَ) الْمَقَالَةُ الْخَامِسَةُ (عَنْ عُثْمَانَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ : هَمُّ الدُّنْيَا ظُلْمَةٌ فِي الْقَلْبِ وَهَمُّ الْآخِرَةُ نُورُ الْقَلْبِ) أَيْ الْحُزْنُ فِي الْأُمُورِ الْمُتَعَلِّقَةِ بِالدُّنْيَا صَارَ مُظْلِمًا فِي الْقَلْبِ وَالْحُزْنُ فِي الْأُمُورِ الْمُتَعَلِّقَةِ بِالْآخِرَةِ صَارَ مُنَوِّرًا لِلْقَلْبِ ، اللَّهُمَّ لَا تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلَا مَبْلَغَ عِلْمِنَا

“Khawatir memikirkan dunia akan membuat hati menjadi gelap, sedangkan khawatir memikirkan akherat akan membuat hati menjadi bercahaya.”

Artinya, menyusahi urusan yang berhubungan dengan urusan dunia maka akan menjadikan hati menjadi gelap. Dan menyusahi perkara yang berhubungan dengan urusan akhirat akan menjadaikan hati menjadi terang.

Ya Allah jangan jadikan dunia sebesar-besar perkara yang kami susahi, dan bukan pula puncak ilmu kami.

Wallahu a'lam bish-showab

Mengaji Kitab Nashoihul Ibad - Maqolah4

SAYYIDINA UMAR BIN KHATHTHAB DAN ABU BAKAR ASH SHIDDIQ ra.

Menukil dari syaikh Abdul Mu’thi As Samlawi, diriwayatkan dari Umar ra., Sesungguhnya Rasulullah SAW pernah bertanya kepada malaikat Jibril as. :

(وَ) الْمَقَالَةُ الرَّابِعَةُ : (عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ) نُقِلَ عَنِ الشَّيْخِ عَبْدِ الْمُعْطِي السَّمْلَاوِيِّ (أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لِجِبْرِيلَ عَلَيْهِ السَّلَامُ :

 صِفْ لِي حَسَنَاتِ عُمَرَ فَقَالَ لَوْ كَانَتِ الْبِحَارُ مِدَادًا وَالشَّجَرُ أَقْلَامًا لَمَا حَصَرْتُهَا ، فَقَالَ صِفْ لِي حَسَنَاتِ أَبِي بَكْرٍ فَقَالَ : عُمَرُ حَسَنَةٌ مِنْ حَسَنَاتِ أَبِي بَكْرٍ).


“Beritahukanlah kepadaku tentang keutamaan Umar, maka malaikat Jibril menjawab, ”Seandainya air laut menjadi tintanya dan pepohonan menjadi penanya, niscaya aku tidak akan sanggup menghitungnya. “Lalu nabi Muhammad SAW bertanya lagi, “Sekarang beritahukanlah kepadaku tentang kebaikan Abu Bakar? “ Maka malaikat Jibril menjawab, “Umar hanyalah satu satu kebaikan dari kebaikan-kebaikan yang dimiliki Abu Bakar.”

(عِزُّ الدُّنْيَا بِالْمَالِ وَعِزُّ الْآخِرَةِ بِصَالِحِ الْأَعْمَالِ) أَيْ فَلَا تَتَقَوَّى أُمُورُ الدُّنْيَا وَلَا تَصْلُحُ إِلَّا بِالْأَمْوَالِ وَلَا تَتَقَوَّى أُمُورُ الْأُخَرَةِ وَلَا تَصْلُحُ إِلَّا بِالْأَعْمَالِ الصَّالِحَةِ.


Keluhuran dunia hanya dapat dicapai dengan harta, sedangkan keluhuran akherat hanya dapat dicapai dengan amal shaleh.

Abu Bakar As-Siddiq adalah sahabat terdekat Nabi Muhammad. Nabi biasa berbicara tentang Abu Bakar, bahwa lelaki sekaligus mertuanya itu adalah satu-satunya orang yang tidak pernah ragu untuk menerima Islam begitu dia mendengarnya.

Orang lain yang memeluk Islam pada masa-masa awal kenabian akan berpikir untuk beberapa waktu dan mempertimbangkan, tetapi Abu Bakar As-Siddiq langsung menyatakan keyakinannya.

Menyelamatkan bayi perempuan yang akan dikubur hidup-hidup

Sebelum menyatakan keislamannya, Abu Bakar As-Siddiq dikenal sebagai orang yang saleh; dia pada dasarnya memiliki karakter yang baik, dan hanya kebaikan yang diharapkan darinya. Dia dan Nabi sendiri adalah teman baik sebelum wahyu turun.

Abu Bakar adalah orang kaya dan memiliki kebiasaan menggunakan kekayaannya untuk kepentingan orang lain. Salah satu tradisi jahat pra-Islam adalah praktik mengubur bayi perempuan hidup-hidup.

Praktik ini dihentikan ketika Nabi Muhammad datang dengan membawa pesan Islam. Masa pra-Islam ini lazim disebut sebagai era kebodohan karena masyarakat hidup tanpa pengetahuan tentang nilai dan prinsip Islam.


Abu Bakar merupakan salah satu sahabat Nabi yang dijamin masuk Surga.

Untuk alasan ini, kelahiran bayi perempuan adalah sesuatu yang membuat pria malu. Laki-laki berpikir bahwa anak laki-laki akan lebih menghormati mereka, keluarga, dan suku mereka sementara anak perempuan berpotensi membawa mereka dan suku mereka tidak terhormat; oleh karena itu, banyak pria mengubur putri mereka hidup-hidup.

Kapanpun Abu Bakar As-Siddiq mendengar bahwa seorang bayi perempuan akan dikubur hidup-hidup, dia akan pergi dan bernegosiasi dengan ayahnya dan dia memulai sesuatu yang bisa disebut rumah kos dalam istilah sekarang, tempat dimana dia menempatkan gadis-gadis kecil ini dalam perawatan para wanita. Para wanita dewasa ini yang menjaga para bayi perempuan sementara Abu Bakar membayar perawatan mereka.


Semua kebaikan setiap hari

Nabi Muhammad berkata kepada Abu Bakar bahwa dia dapat masuk dari pintu surga mana pun yang dia inginkan karena sahabatnya ini mengerjakan semua kebajikan.

Setelah sholat Subuh, Nabi Muhammad biasa bertanya kepada para sahabatnya:

“Siapa yang berpuasa di antara kamu hari ini?”

Abu Bakar (semoga Allah SWT meridhoinya) menjawab: “Aku, ya Nabi.”

Nabi berkata lagi: “Siapa di antara kamu yang mengantarkan jenazah hari ini?”

Abu Bakar menjawab: “Aku melakukannya, ya Rasulullah.”

Dia kemudian berkata lagi: “Siapa di antara kalian yang memberi makan orang miskin hari ini?”

Abu Bakar lagi-lagi menjawab: “Aku, ya Rasulullah.”

Nabi kemudian berkata: “Siapa di antara kalian yang mengunjungi orang cacat hari ini?”

Abu Bakar As-Siddiq yang menjawab: “Aku melakukannya, ya Rasulullah.”

Karena hal ini Rasulullah bersabda: “Siapapun yang melakukan perbuatan-perbuatan baik ini pasti akan masuk surga.”

Abu Bakar As-Siddiq biasa bangun untuk tahajud, lalu dia biasa pergi ke Madinah untuk membantu orang yang membutuhkan. Ini menunjukkan derajat tinggi Abu Bakar dalam hal tindakan kebaikan. []


Wallahu a'lam bish shawab

 

Mengaji Kitab Nashoihul Ibad - Maqolah 3

MATI TANPA IMAN BAGAIKAN MENGARUNGI SAMUDRA TANPA KAPAL

Sayyidina Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a. berkata :

من دخل القبر بلا زاد فكأنما ركب البحر بلا سفينة

“Barangsiapa masuk kubur (mati) tanpa membawa bekal (iman), maka ia bagaikan mengarungi samudra tanpa kapal.

Rasulullah SAW bersabda :

 مَاالْمَيِّتُ فِىْ قَبْرِهِ ألاَّ كَاالْغَرِيْقِ الْمُغَوِّثِ

“Mayit didalam kuburnya, bagaikan orang tenggelam yang memohon pertolongan.”

Disebutkan dalam kitab Nashaihul ‘Ibad yang merupakan penjelasan dari kitab Al-Munabbihaat ‘Alal Isti’daad Li Yaumil Ma’aad karangan Ibnu Hajar Al-Asqalani yang berisi nasihat-nasihat nan bijaksana, bahwa :

Rasulullah SAW pernah bersabda kepada salah seorang sahabat yaitu Abu Dzar Al-Ghifari Rahimahullah, “Wahai Abu Dzar, perbaharuilah perahumu, karena lautan itu sangat dalam, carilah perbekalan yang lengkap, karena perjalanan itu sangat jauh, kurangilah beban, karena rintangan itu amatlah sulit untuk diatasi dan ikhlaslah dalam beramal, karena yang menilai baik dan buruk adalah Dzat Yang Maha Melihat.

 

Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

سَيَأْتِى عَلَى أُمَّتِى زَمَانٌ يُحِبُّوْنَ اْلخَمْسَ وَيَنْسَوْنَ اْلخَمْسَ : يُحِبُّوْنَ الدُّنْيَاوَ يَنْسَوْنَ اْلآخِرَةَ وَيُحِبُّوْنَ اْلحَيَاةَ وَيُنْسَوْنَ الْمَوْتَ وَيُحِبُّوْنَ اْلقُصُوْرَ وَيَنْسَوْنَ اْلقُبُوْرَ وَيُحِبُّوْنَ الْمَالَ وَيَنْسَوْنَ اْلحِسَابَ وَيُحِبُّوْنَ اْلخَلْقَ وَيَنْسَوْنَ الْخَالِقَ

"Akan datang suatu masa, dimana ummatku lebih mencintai kepada 5 perkara dan melupakan 5 perkara lainnya, yaitu:

1. Mencintai dunia dan melupakan akhirat
2. Mencintai hidup dan melupakan mati
3. Mencintai gedung-gedung mewah dan lupa kubur
4. Mencintai harta benda dan lupa hisab dan
5. Mereka lebih mencintai kepada sesama makhluk dan melupakan sang khalik, Allah Subhanahu wa ta’ala.”

Semoga kita tidak tergolong kedalam 5 golongan tersebut.
Na'udzubillahi mindzalik.

Wallahu a'lam bish-showab

Mengaji Kitab Nashoihul 'Ibad - Maqolah 2

DENGAN ULAMA DAN PATUH PADA HUKAMA

 اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ

Rasulullah SAW bersabda :

عَلَيْكُمْ بِمُجَالَسَةِ الْعُلَمَاءِ وَاسْتِمَاعِ كَلَامِ الْحُكَمَاءِ فَإنَّ اللهَ تَعَالَى يُحْيِى الْقَلْبَ الْمَيِّتَ بِنُوْرِ الْحِكْمَةِ كَمَا يُحْيِى الْاَرْضَ الْمَيِّتَةَ بِمَاءِ الْمَطَرِ.


"Hendaklah kalian berkumpul dengan ulama (yang mengamalkan ilmunya) dan mendengarkan ucapan hukama (orang yang mengenal Allah), karena Sesungguhnya Allah Ta’ala akan menghidupkan jiwa yang mati dengan cahaya hikmah, sebagaimana Allah menghidupkan bumi yang mati (menumbuhkan pepohonan) dengan air hujan."

 جَالِسُوا الْكُبَرَآءَ وَسَائِلُوْا الْعُلَمَاءَ وَخَالِطُوا الْحُكَمَآءَ

Dalam riwayat lain juga disebutkan:
"Hendaklah kalian berkumpul (bergaul) dengan para pemimpin dan bertanyalah kepada para ulama dan dekatlah kalian dengan para hukama.”

 جالس العلماء وصاحب الحكماء وخالط الكبراء

“Berkumpulah dengan para ulama, bersahabatlah dengan hukama dan dekatlah dengan kubaro."
Ulama dikelompokan menjadi 3 golongan:
a. Ulama yang sangat ahli dibidang hukum-hukum Allah ta’ala, yaitu ulama penasehat  yang disebut dengan Ashabul Fatwa. Mereka ini memiliki hak untuk memberi fatwa.

b. Ulama yang sangat mengenal akan Allah yang disebut dengan Hukama (Ahli hikmah/Al-‘Arif billah). Bercampur atau bergaul dengan mereka ini, perangai dan karakter kita menjadi terdidik, karena hati mereka bersinar cahaya makrifat (mengenali Allah dan rahasia-rahasia-Nya), dan dari jiwa mereka membias sinar keagungan Allah.
Kedua golongan ulama ini sama-sama menitikberatkan kepada upaya perbaikan tingkah laku atau akhlak. Sebab, hati mereka selalu melihat dengan makrifat-nya terhadap Allah dan selalu terbuka dengan dahaya keagungan Allah.

c. Kubara, yaitu orang-orang yang dianugrahi ma’rfat terhadap hukum-hukum Allah dan terhadap Dzat Allah. Jadi yang memiliki kedua-duanya (ulama dan hukama). Seorang Kubara lirikannya (pandangan matanya) saja memberi manfaat pada kita, maka yang pandangan matanya saja bermanfaat bagi kita, maka lebih-lebih lagi perkataan (akan lebih bermanfaat bagi kita).

Bergaul akrab dengan orang yang alim (ahli Allah) dapat mendidik tingkah laku menjadi lebih baik. Hal ini tidak lain kaerna pengaruh kebiasaan-kebiasaan mereka yang tentunya lebih baik dari lisan. Jadi kebiasaan seseorang dapat bermanfaat bagimu, tentu akan bermanfaat pula ucapannya bagimu.

Didalam sebuah cerita : “imam suhrawardi mengelilingi sebagian masjid khaif di mina. Ia berjabat tangan dengan orang banyak. Orang-orang bertanya kepadanya, lalu ia menjawab ; “sesungguhnya Allah mempunyai beberapa hamba yang apabila mereka melihat kepada seseorang, mereka mengusahakan agar orang yang dilihatnya bahagia, maka saya sedang mencarinya”.
 

سَيَأْتِى زَمَانٌ عَلَى أمَّتِى يَفِرُّوْنَ مِنَ الْعُلَمَآءِ وَالْفُقَهَآءِ فَيَبْتَلِيْهِمُ اللهُ بِثَلَاثِ بَلِيَّاتٍ اُوْلاَهَا يَرْفَعُ اللهُ الْبَرَكَةَ مِنْ كَسْبِهِمْ وَالثَّانِيَةُ يُسَلِّطُ اللهُ تعَالَى عَلَيْهِمْ سُلْطَانًا ظَالِمًا وَالثَّالِثَةُ يَخْرُجُوْنَ مِنَ الدُّنْيَا بِغَيْرِايْمَانٍ

Sabda Nabi Muhammad SAW:
"Aku datang suatu masa kepada umatku, dimana mereka meninggalkan para ulama dan fuqaha, maka Allah akan menurunkan tiga macam adzabNya kepada mereka. Pertama, dicabutnya berkah dari usahanya, kedua, dijadikanNya penguasa yang dzalim kepada mereka dan yang ketiga, mereka mati tanpa membawa iman."
Wallahu a’lam bish-showab
* Untuk lebih memahami Kitab ini disarankan mengikuti pengajian para Alimn langsung
Sumber : Kitab Nashoihul 'Ibad Karya Syeikh Nawawi Al-Bantani




 


Mengaji Kitab Nashoihul 'Ibad - Maqolah 1

IMAN DAN SOLIDARITAS TERHADAP SESAMA

 

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ

Karangan  Al Alim Alamah Syaikhina Nawawi Al Bantany atau Syeik Muhammad Nawawi Ibnu Umar Al Jawi

Bismillahirahmanirahim, Qolal Mushhonnifu wa nafa’ana bihi wabi ulumihi fid daroini, aamiin

Rasulullah SAW bersabda :

خَصْلَتَانِ لَا شَيْ ٕ َاَفْضَلُ مِنْهُمَا الْاِيْمَانُ بِاللّٰهِ وَالنَّفْعُ لِلْمُسْلِمِيْنَ

Ada dua perkara yang tidak satupun dapat melebihi keutamaan dari keduanya yaitu iman kepada Allah dan berbuat kebajikan kepada kaum muslimin.

Berbuat baik kepada kaum muslimin bisa berupa ucapan atau dengan kekuasaannya, bisa dengan hartanya atau dengan perbuatan badannya.

Sebagaimana Sabda Nabi Muhammad SAW :

Barangsiapa bangun pagi dengan maksud tidak untuk berbuat Zhalim (aniaya) kepada seseorang, maka perbuatan dosa yang telah dilakukannya akan diampuni (oleh Allah). Dan barangsiapa bangun pagi dengan maksud untuk menolong orang yang teraniaya dan memenuhi kebutuhan orang muslim, maka ia akan mendapatkan pahala sebagaimana pahala haji yang mabrur.

Dan Nabi SAW bersabda:

Orang-orang yang paling dicintai Allah SWT adalah orang-orang yang paling berguna bagi sesamanya dan perbuatan yang paling utama adalah membuat hati seorang mukmin menjadi senang dengan menghilangkan rasa lapar, meringankan kesulitan atau melunasi hutangnya. Dan ada dua perkara yang tidak ada satupun yang dapat meliebihi kejahatannya, yaitu menyekutukan Allah dan menyengsarakan kaum muslimin.

Menyengsarakan orang-orang muslim itu dapat berupa mengancam keselamatan dirinya dan hartanya. Semua yang diperintahkan oleh Allah itu pada dasarnya mengandung dua hal, yaitu Mengagungkan Allah dan berbelas kasih kepada Makhluk-Nya.

Sebagaimana Firman Allah Subhanahu Wata’ala

وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ

Dirikanlah shalat dan tunaikan zakat

أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ

Hendaklah engkau bersyukur kepada-Ku dan berterima kasihlah kepada ibu bapaknya.

Dalam sebuah riwayat yang bersumber dari Al Quran diterangkan bahwa beliau berkata, “Saya bertemu dengan seorang pendeta ketika mengadakan suatu perjalanan, lalu saya bertanda kepadanya, “Wahai pendeta, perkara apakah yang dapat mengangkat derajat seseorang?.

Maka beliau menjawab,”Mengembalikan hak-hak orang yang dianiayanya dan meringankan beban tanggung jawabnya. Karena amal perbuatan seorang hamba tidak akan diterima disisi Tuhan, apabila ia masih mempunyai tanggungan atau berbuat zhalim (terhadap sesamanya).”

Karena itu dua perintah Allah dan Rasul-Nya ini saling terkait dan tidak boleh hanya dikerjakan salah satunya saja.

Wallahu a’lam bish-showab

Sumber : Nashoihul 'Ibad Karya Syeikh Nawawi Al-Bantani

Kitab Nashoihul Ibad - BAB 1 PETUNJUK YANG MEMUAT DUA PERKARA - Pemateri Ustadz Muhammad Romli

Nama kitab : Nashoihul Ibad, Terjemah Nashaihul Ibad,(kumpulan nasihat pilihan bagi para hamba) Judul kitab : Nashaihul Ibad fi Bayani...

Postingan Populer