"Ketika air menjadi tenang, maka ia akan menjadi cermin yang jernih. Begitu juga dengan hati manusia, ketika hati menjadi tenang, ia akan menjadi cermin yang jernih untuk melihat kebenaran." Sunan Gunung Jati
Mengaji Kitab Nashoihul Ibad - Maqolah 8
KETAQWAAN DAN DUNIAWI
Dari Al A’Masyi (nama aslinya adalah
Sulaiman bin Mahran Al-Kufi) ra. disebutkan :
Maknanya adalah orang yang selalui berpegang teguh pada ketaqwaan, menjunjung tinggi perintah Allah dan menjauhi segala bentuk kedurhakaan serta berbuat sesuai dengan tuntunan syariat, maka ia akan mendapatkan kebajikan yang sangat besar sekali (tidak terhitung). Sedangkan orang-orang yang berbuat diluar tuntunan syariat, maka ia akan mendapatkan kerugian yang sangat besar pula sehingga tak terhitung jumlahnya.
Wallahu a'lam bish-showab
Gebyar Muharram
Mengaji Kitab Nashoihul Ibad - Maqolah 7
ORANG YANG MULIA DAN ORANG YANG BIJAKSANA
Dalam sebuah riwayat yang bersumber
Yahya bin Mu’adz radhiallahu ‘anhu disebutkan :
“Orang
yang mulia tidak akan berani berbuat durhaka kepada Allah dan orang yang
bijaksana tidak akan mengutamakan dunia daripada akherat.”
Maksudnya
orang yang mulia adalah orang yang berakhlaqul karimah, yang memuliakan dirinya
dengan cara meningkatkan ketaqwaan dan kewaspadaan dalam menghadapi semaraknya
kemaksiatan.
Adapun
yang dimaksud dengan orang yang bijaksana adalah orang yang tidak mengutamakan
kemewahan dunia dan yang menahan nafsunya dari segala bentuk perbuatan yang
bertentangan dengan nuraninya.
Wallahu a'lam bish-showab
Mengaji Kitab Nashoihul Ibad - Maqolah 6
ILMU DAN KEMAKSIATAN
Sebagaimana diriwayatkan dari Ali radhiallahu anhu wakarroma wajhahu sebagai berikut :
((وَ)
الْمَقَالَةُ السَّادِسَةُ (عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ) وَكَرَّمَ
وَجْهَهُ (مَنْ كَانَ فِي طَلَبِ الْعِلْمِ كَانَتْ الْجَنَّةُ فِي طَلَبِهِ
وَمَنْ كَانَ فِي طَلَبِ الْمَعْصِيَةِ كَانَتْ النَّارُ فِي طَلَبِهِ) أَيْ مَنْ
اشْتَغَلَ فِي الْعِلْمِ النَّافِعِ الَّذِي لَا يَجُوزُ لِلْبَالِغِ الْعَاقِلِ
جَهْلُهُ كَانَ فِي حَقِيقَةٍ طَالِبًا لِلْجَنَّةِ وَلِرِضَا اللَّهِ تَعَالَى
وَمَنْ كَانَ مُرِيدًا لِلْمَعْصِيَةِ كَانَ فِي الْحَقِيقَةِ طَالِبًا لِلنَّارِ
وَلِسَخَطِ اللَّهِ تَعَالَى.
“Barangsiapa yang mencari ilmu, maka surgalah
yang akan didapatkan dan barangsiapa yang mencari kemaksiatan, maka nerakalah yang
akan didapatkannya (pula).
Maksudnya barang siapa yang disibukkan
dengan menuntut ilmu-ilmu agama dan ilmu dunia (yang bermanfaat), maka pada
hakekatnya ia telah mencari syurga dan ridho Tuhan. Sebaliknya orang yang
disibukkan dengan perbuatan maksiat, maka pada hakekatnya ia ingin merasakan
pedihnya azab neraka dan murka Allah Subhanahu Wata'ala.
Wallahu a'lam bish-showab
Mengaji Kitab Nashoihul Ibad - Maqolah 5
KHAWATIR TERHADAP DUNIA DAN AKHERAT
((وَ)
الْمَقَالَةُ الْخَامِسَةُ (عَنْ عُثْمَانَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ : هَمُّ
الدُّنْيَا ظُلْمَةٌ فِي الْقَلْبِ وَهَمُّ الْآخِرَةُ نُورُ الْقَلْبِ) أَيْ
الْحُزْنُ فِي الْأُمُورِ الْمُتَعَلِّقَةِ بِالدُّنْيَا صَارَ مُظْلِمًا فِي
الْقَلْبِ وَالْحُزْنُ فِي الْأُمُورِ الْمُتَعَلِّقَةِ بِالْآخِرَةِ صَارَ
مُنَوِّرًا لِلْقَلْبِ ، اللَّهُمَّ لَا تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا
وَلَا مَبْلَغَ عِلْمِنَا
Artinya, menyusahi urusan yang berhubungan dengan urusan dunia maka akan menjadikan hati menjadi gelap. Dan menyusahi perkara yang berhubungan dengan urusan akhirat akan menjadaikan hati menjadi terang.
Ya Allah
jangan jadikan dunia sebesar-besar perkara yang kami susahi, dan bukan pula
puncak ilmu kami.
Wallahu a'lam bish-showab
Mengaji Kitab Nashoihul Ibad - Maqolah4
SAYYIDINA UMAR BIN KHATHTHAB DAN ABU BAKAR ASH SHIDDIQ ra.
Menukil dari syaikh Abdul Mu’thi As Samlawi,
diriwayatkan dari Umar ra., Sesungguhnya Rasulullah SAW pernah bertanya kepada
malaikat Jibril as. :
(وَ) الْمَقَالَةُ الرَّابِعَةُ : (عَنْ عُمَرَ رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهُ) نُقِلَ عَنِ الشَّيْخِ عَبْدِ الْمُعْطِي السَّمْلَاوِيِّ (أَنَّ
النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لِجِبْرِيلَ عَلَيْهِ
السَّلَامُ :
صِفْ لِي حَسَنَاتِ عُمَرَ فَقَالَ لَوْ كَانَتِ
الْبِحَارُ مِدَادًا وَالشَّجَرُ أَقْلَامًا لَمَا حَصَرْتُهَا ، فَقَالَ صِفْ لِي
حَسَنَاتِ أَبِي بَكْرٍ فَقَالَ : عُمَرُ حَسَنَةٌ مِنْ حَسَنَاتِ أَبِي بَكْرٍ).
“Beritahukanlah
kepadaku tentang keutamaan Umar, maka malaikat Jibril menjawab, ”Seandainya air
laut menjadi tintanya dan pepohonan menjadi penanya, niscaya aku tidak akan
sanggup menghitungnya. “Lalu nabi Muhammad SAW bertanya lagi, “Sekarang
beritahukanlah kepadaku tentang kebaikan Abu Bakar? “ Maka malaikat Jibril
menjawab, “Umar hanyalah satu satu kebaikan dari kebaikan-kebaikan yang
dimiliki Abu Bakar.”
(عِزُّ الدُّنْيَا بِالْمَالِ وَعِزُّ الْآخِرَةِ
بِصَالِحِ الْأَعْمَالِ) أَيْ فَلَا تَتَقَوَّى أُمُورُ الدُّنْيَا وَلَا تَصْلُحُ
إِلَّا بِالْأَمْوَالِ وَلَا تَتَقَوَّى أُمُورُ الْأُخَرَةِ وَلَا تَصْلُحُ
إِلَّا بِالْأَعْمَالِ الصَّالِحَةِ.
Keluhuran
dunia hanya dapat dicapai dengan harta, sedangkan keluhuran akherat hanya dapat
dicapai dengan amal shaleh.
Abu Bakar As-Siddiq adalah sahabat terdekat Nabi Muhammad. Nabi biasa berbicara tentang Abu Bakar, bahwa lelaki sekaligus mertuanya itu adalah satu-satunya orang yang tidak pernah ragu untuk menerima Islam begitu dia mendengarnya.
Orang
lain yang memeluk Islam pada masa-masa awal kenabian akan berpikir untuk
beberapa waktu dan mempertimbangkan, tetapi Abu Bakar As-Siddiq langsung
menyatakan keyakinannya.
Menyelamatkan bayi perempuan yang akan dikubur
hidup-hidup
Sebelum
menyatakan keislamannya, Abu Bakar As-Siddiq dikenal sebagai orang yang saleh;
dia pada dasarnya memiliki karakter yang baik, dan hanya kebaikan yang
diharapkan darinya. Dia dan Nabi sendiri adalah teman baik sebelum wahyu turun.
Abu
Bakar adalah orang kaya dan memiliki kebiasaan menggunakan kekayaannya untuk
kepentingan orang lain. Salah satu tradisi jahat pra-Islam adalah praktik
mengubur bayi perempuan hidup-hidup.
Praktik
ini dihentikan ketika Nabi Muhammad datang dengan membawa pesan Islam. Masa
pra-Islam ini lazim disebut sebagai era kebodohan karena masyarakat hidup tanpa
pengetahuan tentang nilai dan prinsip Islam.
Abu Bakar merupakan salah satu sahabat Nabi yang
dijamin masuk Surga.
Untuk
alasan ini, kelahiran bayi perempuan adalah sesuatu yang membuat pria malu.
Laki-laki berpikir bahwa anak laki-laki akan lebih menghormati mereka,
keluarga, dan suku mereka sementara anak perempuan berpotensi membawa mereka
dan suku mereka tidak terhormat; oleh karena itu, banyak pria mengubur putri
mereka hidup-hidup.
Kapanpun
Abu Bakar As-Siddiq mendengar bahwa seorang bayi perempuan akan dikubur
hidup-hidup, dia akan pergi dan bernegosiasi dengan ayahnya dan dia memulai
sesuatu yang bisa disebut rumah kos dalam istilah sekarang, tempat dimana dia
menempatkan gadis-gadis kecil ini dalam perawatan para wanita. Para wanita
dewasa ini yang menjaga para bayi perempuan sementara Abu Bakar membayar
perawatan mereka.
Semua kebaikan setiap hari
Nabi
Muhammad berkata kepada Abu Bakar bahwa dia dapat masuk dari pintu surga mana
pun yang dia inginkan karena sahabatnya ini mengerjakan semua kebajikan.
Setelah
sholat Subuh, Nabi Muhammad biasa bertanya kepada para sahabatnya:
“Siapa
yang berpuasa di antara kamu hari ini?”
Abu
Bakar (semoga Allah SWT meridhoinya) menjawab: “Aku, ya Nabi.”
Nabi
berkata lagi: “Siapa di antara kamu yang mengantarkan jenazah hari ini?”
Abu
Bakar menjawab: “Aku melakukannya, ya Rasulullah.”
Dia
kemudian berkata lagi: “Siapa di antara kalian yang memberi makan orang miskin
hari ini?”
Abu
Bakar lagi-lagi menjawab: “Aku, ya Rasulullah.”
Nabi
kemudian berkata: “Siapa di antara kalian yang mengunjungi orang cacat hari
ini?”
Abu
Bakar As-Siddiq yang menjawab: “Aku melakukannya, ya Rasulullah.”
Karena
hal ini Rasulullah bersabda: “Siapapun yang melakukan perbuatan-perbuatan baik
ini pasti akan masuk surga.”
Abu
Bakar As-Siddiq biasa bangun untuk tahajud, lalu dia biasa pergi ke Madinah
untuk membantu orang yang membutuhkan. Ini menunjukkan derajat tinggi Abu Bakar
dalam hal tindakan kebaikan. []
Wallahu a'lam bish shawab
Mengaji Kitab Nashoihul Ibad - Maqolah 3
MATI TANPA IMAN BAGAIKAN MENGARUNGI SAMUDRA TANPA KAPAL
Sayyidina Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a. berkata :
من دخل القبر بلا زاد فكأنما ركب البحر بلا سفينة
“Barangsiapa masuk kubur (mati)
tanpa membawa bekal (iman), maka ia bagaikan mengarungi samudra tanpa kapal.
Rasulullah SAW bersabda :
“Mayit
didalam kuburnya, bagaikan orang tenggelam yang memohon pertolongan.”
Disebutkan dalam kitab Nashaihul ‘Ibad yang merupakan penjelasan dari kitab Al-Munabbihaat ‘Alal Isti’daad Li Yaumil Ma’aad karangan Ibnu Hajar Al-Asqalani yang berisi nasihat-nasihat nan bijaksana, bahwa :
Rasulullah SAW
pernah bersabda kepada salah seorang sahabat yaitu Abu Dzar Al-Ghifari Rahimahullah,
“Wahai Abu Dzar, perbaharuilah perahumu, karena lautan itu sangat dalam, carilah
perbekalan yang lengkap, karena perjalanan itu sangat jauh, kurangilah beban,
karena rintangan itu amatlah sulit untuk diatasi dan ikhlaslah dalam beramal,
karena yang menilai baik dan buruk adalah Dzat Yang Maha Melihat.
Nabi
shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Mengaji Kitab Nashoihul 'Ibad - Maqolah 2
DENGAN ULAMA DAN PATUH PADA HUKAMA
اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ
Rasulullah SAW bersabda :
"Hendaklah kalian berkumpul dengan ulama (yang mengamalkan
ilmunya) dan mendengarkan ucapan hukama (orang yang mengenal Allah), karena
Sesungguhnya Allah Ta’ala akan menghidupkan jiwa yang mati dengan cahaya
hikmah, sebagaimana Allah menghidupkan bumi yang mati (menumbuhkan
pepohonan) dengan air hujan."
جَالِسُوا الْكُبَرَآءَ وَسَائِلُوْا الْعُلَمَاءَ وَخَالِطُوا الْحُكَمَآءَ
"Hendaklah kalian berkumpul (bergaul) dengan para pemimpin dan bertanyalah kepada para ulama dan dekatlah kalian dengan para hukama.”
جالس العلماء وصاحب الحكماء وخالط الكبراء
سَيَأْتِى
زَمَانٌ عَلَى أمَّتِى يَفِرُّوْنَ مِنَ الْعُلَمَآءِ وَالْفُقَهَآءِ
فَيَبْتَلِيْهِمُ اللهُ بِثَلَاثِ بَلِيَّاتٍ اُوْلاَهَا يَرْفَعُ اللهُ الْبَرَكَةَ
مِنْ كَسْبِهِمْ وَالثَّانِيَةُ يُسَلِّطُ اللهُ تعَالَى عَلَيْهِمْ سُلْطَانًا
ظَالِمًا وَالثَّالِثَةُ يَخْرُجُوْنَ مِنَ الدُّنْيَا بِغَيْرِايْمَانٍ
Mengaji Kitab Nashoihul 'Ibad - Maqolah 1
IMAN DAN SOLIDARITAS TERHADAP SESAMA
اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ
Karangan
Al Alim Alamah Syaikhina Nawawi Al Bantany atau Syeik Muhammad Nawawi Ibnu Umar
Al Jawi
Bismillahirahmanirahim, Qolal Mushhonnifu wa nafa’ana bihi wabi ulumihi fid
daroini, aamiin
Rasulullah SAW bersabda :
خَصْلَتَانِ لَا شَيْ
ٕ َاَفْضَلُ مِنْهُمَا الْاِيْمَانُ بِاللّٰهِ وَالنَّفْعُ لِلْمُسْلِمِيْنَ
Ada dua perkara yang tidak satupun dapat melebihi
keutamaan dari keduanya yaitu iman kepada Allah dan berbuat kebajikan kepada kaum muslimin.
Berbuat baik kepada kaum
muslimin bisa berupa ucapan atau dengan kekuasaannya, bisa dengan hartanya atau
dengan perbuatan
badannya.
Sebagaimana Sabda Nabi Muhammad SAW :
Barangsiapa bangun pagi dengan
maksud tidak untuk
berbuat Zhalim (aniaya) kepada seseorang, maka perbuatan dosa yang telah
dilakukannya akan diampuni (oleh Allah). Dan barangsiapa bangun pagi dengan
maksud untuk menolong orang yang teraniaya dan memenuhi kebutuhan orang muslim,
maka ia akan mendapatkan pahala sebagaimana pahala haji yang mabrur.
Dan Nabi SAW bersabda:
Orang-orang
yang paling dicintai Allah SWT adalah orang-orang yang paling
berguna bagi sesamanya dan perbuatan yang paling utama adalah membuat hati
seorang mukmin menjadi senang dengan menghilangkan rasa lapar, meringankan
kesulitan atau melunasi hutangnya. Dan ada dua perkara yang tidak ada satupun yang dapat meliebihi
kejahatannya, yaitu menyekutukan Allah dan menyengsarakan
kaum muslimin.
Menyengsarakan orang-orang muslim itu dapat
berupa mengancam keselamatan dirinya dan hartanya. Semua yang diperintahkan
oleh Allah itu pada dasarnya mengandung dua hal, yaitu Mengagungkan Allah dan
berbelas kasih kepada Makhluk-Nya.
Sebagaimana Firman Allah Subhanahu Wata’ala
وَأَقِيمُوا
الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ
Dirikanlah shalat
dan tunaikan zakat
أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ
Hendaklah
engkau bersyukur kepada-Ku dan berterima kasihlah kepada ibu bapaknya.
Dalam
sebuah riwayat yang bersumber dari Al Quran diterangkan bahwa beliau berkata, “Saya
bertemu dengan seorang pendeta ketika mengadakan suatu perjalanan, lalu saya
bertanda kepadanya, “Wahai pendeta, perkara apakah yang dapat mengangkat
derajat seseorang?.
Maka
beliau menjawab,”Mengembalikan hak-hak orang yang dianiayanya dan meringankan
beban tanggung jawabnya. Karena amal perbuatan seorang hamba tidak akan
diterima disisi Tuhan, apabila ia masih mempunyai tanggungan atau berbuat
zhalim (terhadap sesamanya).”
Karena
itu dua perintah Allah dan Rasul-Nya ini saling terkait dan tidak boleh hanya
dikerjakan salah satunya saja.
Wallahu a’lam bish-showab
Sumber : Nashoihul
'Ibad Karya Syeikh Nawawi Al-Bantani
Kitab Nashoihul Ibad - BAB 1 PETUNJUK YANG MEMUAT DUA PERKARA - Pemateri Ustadz Muhammad Romli
Nama kitab : Nashoihul Ibad, Terjemah Nashaihul Ibad,(kumpulan nasihat pilihan bagi para hamba) Judul kitab : Nashaihul Ibad fi Bayani...
Postingan Populer
-
ILMU DAN KEMAKSIATAN Sebagaimana diriwayatkan dari Ali radhiallahu anhu wakarroma wajhahu sebagai berikut : ( (وَ) الْمَقَالَةُ السَّا...
-
Nama kitab : Nashoihul Ibad, Terjemah Nashaihul Ibad,(kumpulan nasihat pilihan bagi para hamba) Judul kitab : Nashaihul Ibad fi Bayani...
-
ORANG YANG MULIA DAN ORANG YANG BIJAKSANA Dalam sebuah riwayat yang bersumber Yahya bin Mu’adz radhiallahu ‘anhu disebutkan : ( (و) ...
-
Maqolah 10 BANGGA DENGAN KESALAHAN DAN BERSEDIH DENGAN KETAATAN Sebagaimana yang diriwayatkan dari sebagian Ahli Zuhud berikut ini : ...
-
Maqolah 13 KEINGINAN AHLI MA’RIFAT DAN AHLI ZUHUD Sebagaimana diterangkan dalam suatu pernyataan : (وَ) الْمَقَالَةُ الثَّالِثَةَ عَشْ...
-
Maqolah 15 LISAN DAN HATI Diriwayatkan dari Abu Bakar Ash-Shiddiq mengenai tafsir berikut ini: (وَ) الْمَقَالَةُ الْخَامِسَةَ عَشْرَةَ...
-
IMAN DAN SOLIDARITAS TERHADAP SESAMA اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ K arangan Al Alim Alamah Syaikhina Nawa...