Mengaji Kitab Nashoihul Ibad - Maqolah 10, 11, 12

Maqolah 10

BANGGA DENGAN KESALAHAN DAN BERSEDIH DENGAN KETAATAN

Sebagaimana yang diriwayatkan dari sebagian Ahli Zuhud berikut ini :

 

((وَ) الْمَقَالَةُ الْعَاشِرَةُ (عَنْ بَعْضِ الزُّهَّادِ) وَهُمُ الَّذِينَ احْتَقَرُوا الدُّنْيَا وَلَمْ يُبَالُوا بِهَا بَلْ أَخَذُوا مِنْهَا قَدْرَ ضَرُورَتِهِمْ (مَنْ أَذْنَبَ ذَنْبًا) أَيْ تَحَمَّلَهُ (وَهُوَ يَضْحَكُ) أَيْ وَالْحَالُ أَنَّهُ يَفْرَحُ بِتَحَمُّلِهِ (فَإِنَّ اللَّهَ يُدْخِلُهُ النَّارَ وَهُوَ يَبْكِي) لِأَنَّ حَقَّهُ أَنْ يَنْدَمَ وَيَسْتَغْفِرَ اللَّهَ تَعَالَى لِذَلِكَ (وَمَنْ أَطَاعَ وَهُوَ يَبْكِي) حَيَاءً مِنْ اللَّهِ تَعَالَى وَخَوْفًا مِنْهُ تَعَالَى عَلَى تَقْصِيرِهِ فِي تِلْكَ الطَّاعَةِ (فَإِنَّ اللَّهَ تَعَالَى يُدْخِلُهُ الْجَنَّةَ وَهُوَ يَضْحَكُ) أَيْ يَفْرَحُ غَايَةَ الْفَرَحِ لِحُصُولِ مَطْلُوبِهِ وَهُوَ عَفْوُ اللَّهِ تَعَالَى.

“Barangsiapa merasa bangga dengan perbuatan dosanya, maka Allah akan melemparkannya ke dalam neraka dalam keadaan ketakutan. Dan barangsiapa bersedih (khawatir) terhadap ketaatan yang telah dilakukannya, maka Allah akan memasukannya kedalam syurga dalam keadaan bahagia.”

Ahli zuhud adalah orang-orang yang membuang jauh-jauh (tidak mementingkan lagi) segala urusan dan kemewahan dunia. Mereka memanfaatkan dunia hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhannya saja tidak lebih.

Hadits tersebut diatas menunjukan bahwa barangsiapa yang merasa bahagia dengan berbuat dosa, merasa senang dengan perbuatannya itu meskipun harus menanggung dosanya itu, maka Allah akan memasukan kedalam neraka, sedangkan ia dalam keadaan sangat ketakutan. Karena itu seharusnya bersedih dan menyesali perbuatannya itu seraya memohon ampun kepada Allah Subhanahu Wata’ala agar dosanya diampuni. Dan barangsiapa yang berbuat ketaatan dengan disertai perasaan bersedih karena takut kepada Allah karena telah meremehkan apa yang telah diwajibkan-Nya, maka ia akan memasuki syurga dengan penuh kebahagiaan. Orang yang seperti ini berarti telah melakukan dua kebajikan, yaitu ketaatan itu sendiri dan penyesalannya atas dosa yang telah diperbuatnya.


Maqolah 11

LARANGAN MENGANGGAP RINGAN DOSA KECIL

Diriwayatkan dari sebagian Hukama (ahli hikmah/para wali) berikut ini :

 ((وَ) الْمَقَالَةُ الْحَادِيَةَ عَشْرَةَ (عَنْ بَعْضِ الْحُكَمَاءِ) أَيْ الْأَوْلِيَاءِ (لَا تَحْقِرُوا الذُّنُوبَ الصِّغَارَ) أَيْ لَا تَعُدُّوهَا صِغَارًا (فَإِنَّهَا تَتَشَعَّبُ مِنْهَا الذُّنُوبُ الْكِبَارُ) وَأَيْضًا رُبَّمَا يَكُونُ غَضَبُ اللَّهِ تَعَالَى فِي تِلْكَ الصِّغَارِ

“Janganlah kalian menganggap ringan dosa-dosa kecil karena sesungguhnya dari situlah lahirnya dosa-dosa besar.” Bahkan kemurkaan (azab) Allah itupun kadang-kadang ditimpakan karena sebab dosa kecil.


Maqolah 12

DOSA YANG RINGAN DAN DOSA YANG BERAT

Rosulullah  bersabda berikut ini :

((وَ) الْمَقَالَةُ الثَّانِيَةَ عَشْرَةَ : (عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : لَا صَغِيرَةَ مَعَ الْإِصْرَارِ) فَإِنَّهَا بِالْمُوَاظَبَةِ عَلَيْهَا تَعْظُمُ فَتَصِيرُ كَبِيرَةً ، وَأَيْضًا إِنَّهَا عَلَى عَزْمِ اسْتِدَامَتِهَا تَصِيرُ كَبِيرَةً فَإِنَّ نِيَّةَ الْمَرْءِ فِي الْمَعَاصِي كَانَتْ مَعْصِيَةً (وَلَا كَبِيرَةَ مَعَ الْإِسْتِغْفَارِ) أَيْ التَّوْبَةِ بِشُرُوطِهَا فَإِنَّ التَّوْبَةَ تَمْحُو أَثَرَ الْخَطِيئَةِ وَإِنْ كَانَتْ كَبِيرَةً ، رَوَى هَذَا الْحَدِيثَ الدَّيْلَمِيُّ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ لَكِنْ بِتَقْدِيمِ الْجُمْلَةِ الْأَخِيرَةِ عَنِ الْأُولَى 

Dosa yang ringan itu akan menjadi besar, jika hatinya tetap berkehendak untuk mengerjakan terus-menerus, karena niat untuk berbuat maksiat itupun termasuk dosa yang sendiri. Dan dosa yang berat itu jangan dianggap dosa besar jika selalu mememohon ampun kepada Allah SWT atas dosa-dosanya itu.

Maksudnya bertaubat kepada Allah dengan sebenar-benarnya sesuai dengan syaratnya. Taubat itu dapat menghapuskan dosa, meskipun telah mencapai setinggi langit. Hadits tersebut telah diriwayatkan oleh Imam Ad-Dailami yang bersumber dari Ibnu abbas dengan susunan kalimat yang akhir daripada kalimat awal.
Wallahu A'lam Bish-Showab

Mengaji Kitab Nashoihul Ibad - Maqolah 9

MEMPERTURUTKAN HAWA NAFSU DAN TAKABUR

Dari Sufyan Ats-Tsauri Radhiallahu Anhu disebutkan :

 

((وَ) الْمَقَالَةُ التَّاسِعَةُ (عَنْ سُفْيَانَ الثَّوْرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ) وَهُوَ شَيْخُ الْإِمَامِ مَالِكٍ (كُلُّ مَعْصِيَةٍ) نَاشِئَةٍ (عَنْ شَهْوَةٍ) أَيْ اشْتِيَاقِ النَّفْسِ إِلَى شَيْئٍ (فَإِنَّهُ يُرْجَى غُفْرَانُهَا) أَيْ الْمَعْصِيَةِ (كُلُّ مَعْصِيَةٍ) نَشَأَتْ (عَنْ كِبْرٍ) أَيْ دَعْوَى الْفَضْلِ (فَإِنَّهُ لَا يُرْجَى غُفْرَانُهَا لِأَنَّ مَعْصِيَةَ ابْلَيسَ كَانَ أَصْلُهَا) أَيْ الْمَعْصِيَةِ (مِنْ الْكِبْرِ) يَزْعُمُ أَنَّهُ خَيْرٌ مِنْ سَيِّدِنَا آدَمَ (وَ) لِأَنَّ (زَلَّةَ) سَيِّدِنَا آدَمَ عَلَيْهِ السَّلَامُ (كَانَ أَصْلُهَا مِنْ الشَّهْوَةِ) بِسَبَبِ اشْتِيَاقِهِ إِلَى ذَوْقِ ثَمَرَةِ شَجَرَةِ الشَّهْوَةِ الْمَنْهِيِّ عَنْهَا.

 

“Setiap perbuatan maksiat yang muncul akibat dorongan hawa nafsu, itu masih bisa diharapkan ampunannya, tetapi setiap kedurhakaan yang muncul karena adanya rasa takabur, maka jangan diharap ampunannya. Karena kedurhakaan iblis itu timbul dari adanya sifat takabur, sedang kesalahan Adam as. itu adalah memperturutkan hawa nafsu.

Sufyan Ats-Tsauri adalah Maha Guru dari Imam Malik

Hadits tersebut diatas menunjukan bahwa setiap perbuatan maksiat yang muncul akibat dorongan hawa nafsu, misalnya adanya keinginan untuk melakukan sesuatu, maka hal itu masih bisa diampuni. Sebaliknya kemaksiatan yang muncul akibat dari rasa takabur, maka tidak ada harapan lagi untuk dapat diampuni.

Karena kemaksiatan yang terjadi dari adanya rasa takabur itu berawal dari iblis, ia merasa lebih baik dari junjungan kita Nabi Adam as. Sedangkan kesalahan junjungan kita Nabi Adam as. Itu sebagai akibat itu dari dorongan hawa nafsu untuk merasakan sesuatu, yaitu keinginan untuk merasakan lezatnya buah khuldi dari pohon yang telah dilarang oleh Allah Subhanahu Wata’ala.

Wallahu A'lam Bish-showab

Kitab Nashoihul Ibad - BAB 1 PETUNJUK YANG MEMUAT DUA PERKARA - Pemateri Ustadz Muhammad Romli

Nama kitab : Nashoihul Ibad, Terjemah Nashaihul Ibad,(kumpulan nasihat pilihan bagi para hamba) Judul kitab : Nashaihul Ibad fi Bayani...

Postingan Populer