MEMPERTURUTKAN HAWA NAFSU DAN TAKABUR
Dari
Sufyan Ats-Tsauri Radhiallahu Anhu disebutkan :
((وَ) الْمَقَالَةُ التَّاسِعَةُ (عَنْ سُفْيَانَ الثَّوْرِيِّ
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ) وَهُوَ شَيْخُ الْإِمَامِ مَالِكٍ (كُلُّ مَعْصِيَةٍ)
نَاشِئَةٍ (عَنْ شَهْوَةٍ) أَيْ اشْتِيَاقِ النَّفْسِ إِلَى شَيْئٍ (فَإِنَّهُ
يُرْجَى غُفْرَانُهَا) أَيْ الْمَعْصِيَةِ (كُلُّ مَعْصِيَةٍ) نَشَأَتْ (عَنْ
كِبْرٍ) أَيْ دَعْوَى الْفَضْلِ (فَإِنَّهُ لَا يُرْجَى غُفْرَانُهَا لِأَنَّ
مَعْصِيَةَ ابْلَيسَ كَانَ أَصْلُهَا) أَيْ الْمَعْصِيَةِ (مِنْ الْكِبْرِ)
يَزْعُمُ أَنَّهُ خَيْرٌ مِنْ سَيِّدِنَا آدَمَ (وَ) لِأَنَّ (زَلَّةَ) سَيِّدِنَا
آدَمَ عَلَيْهِ السَّلَامُ (كَانَ أَصْلُهَا مِنْ الشَّهْوَةِ) بِسَبَبِ
اشْتِيَاقِهِ إِلَى ذَوْقِ ثَمَرَةِ شَجَرَةِ الشَّهْوَةِ الْمَنْهِيِّ عَنْهَا.
“Setiap
perbuatan maksiat yang muncul akibat dorongan hawa nafsu, itu masih bisa
diharapkan ampunannya, tetapi setiap kedurhakaan yang muncul karena adanya rasa
takabur, maka jangan diharap ampunannya. Karena kedurhakaan iblis itu timbul
dari adanya sifat takabur, sedang kesalahan Adam as. itu adalah memperturutkan
hawa nafsu.
Sufyan Ats-Tsauri adalah Maha Guru dari Imam Malik
Hadits
tersebut diatas menunjukan bahwa setiap perbuatan maksiat yang muncul akibat
dorongan hawa nafsu, misalnya adanya keinginan untuk melakukan sesuatu, maka
hal itu masih bisa diampuni. Sebaliknya kemaksiatan yang muncul akibat dari
rasa takabur, maka tidak ada harapan lagi untuk dapat diampuni.
Karena
kemaksiatan yang terjadi dari adanya rasa takabur itu berawal dari iblis, ia
merasa lebih baik dari junjungan kita Nabi Adam as. Sedangkan kesalahan
junjungan kita Nabi Adam as. Itu sebagai akibat itu dari dorongan hawa nafsu
untuk merasakan sesuatu, yaitu keinginan untuk merasakan lezatnya buah khuldi
dari pohon yang telah dilarang oleh Allah Subhanahu Wata’ala.
Wallahu A'lam Bish-showab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar